Kemauan dan kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup dalam lingkungan sebenarnya merupakan naluri yang manusiawi. Hal ini sebagai penjelmaan dari daya pikir makhluk yang sempurna. Naluri seperti ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Kata Survival, dalam arti leksikalnya, berarti bertahan hidup. yang dimaksud survival disini adalah kemampuan seseorang untuk bertahan hidup dalam keadaan yang kurang mengutungkan di sekelilingnya. Keadaan ini antara lain tersesat di hutan, pesawat jatuh di gunung, pilot pesawat yang terpaksa melakukan pendaratan darurat di laut (Ditching) dan kapal laut yang mengalami musibah di laut. Berikut ini ada beberapa cerita tentang orang-orang yang melakukan survival.
Ingebord Bredmayer, seorang ahli biologi Jerman, pada suatu perjalanannya di Gunung Villarica kira-kira 750 km arah selatan kota Santiago mengalami kesulitan karena tersesat. Akhirnya, ia dapat lepas dari kesulitan tersebut setelah betahan hidup selama 13 hari. Selama tersesat ia menerapkan keahliannya sebagai Biologi. Ia dapat menentukan jenis tanaman yang dapat dimakan serta memanfaatkan salju untuk mendapatkan air minum.
Pada abad ke-19, para peyelidik dan petualang melakukan perjalanan ke Australia Tengah untuk membayar rasa ingin tahu mereka dengan keberania dan keselamatan jiwa. Cendikiawan Jerman, Friedrich Wilhem Leichard, mati kehausan di padang belantara. Orang Irlandia, Edmund Kennedy di bunuh penduduk pribumi. Seseorang yang belajar dari pengalaman tersebut, berusaha mengatasi kesulitan air dengan persediaan yang cukup. Kemudian untuk mengatasi gangguan penduduk pribumi, Hatter ini mengatasinya dengan berjungkir balik. Dengan berjalan seperti ini malah penduduk pribumi yang melarikan diri.
Seorang Amerika dan tiga orang Selandia Baru merencanakan berpetualangan di samudra dengan menggunakan kapal Rose Noellec. Mereka bertolak dari Selandia Baru menuju Tonga dengan rencana perjalanan tiga minggu. Setelah itu mereka di nyatakan hilang di Lautan Pasifik. Dalam pelayarannya mereka megalami musibah karena perahu layar yang di gunakan rusak sehingga mereka terombang ambing di lautan. Untuk mencari pertolongan telah di usahakan oleh seorang awak bernama Glenic, tetapi tidak berhasil. Pada akhirnya mereka terdampar di pulau Great Barrier setelah 132 hari terombang ambing di lautan (± 4 bulan lamanya). Selama itu mereka mendapatkan air dengan dengan menampung air hujan. Sebagai makanan mereka mereka memanfaatkan rumput laut untuk mengganjal perut. Satu hal lainnya yang diakui oleh mereka hingga dapat bertahan hidup, yaitu selalu menumbuhkan dan memelihara semangat hidup sampai hari nestapa serta ketakutan yang mencekam dalam dilewati.
Ini kisah dari tanah air, Seseorang yang bernama Taroji bertugas sebagai oiler pada kapal Galiga. Dalam perjalannya dari Sampit (Kalimantan Tengah) menuju Surabaya, kapal tersebut memuat kayu. Hari naas itu dimulai dengan datangnya badai yang menghajar kapal Galiga hingga pada akhirnya tenggelam. Dimulailah petualangan untuk mempertahankan hidup. Taroji membuat rakit dari drum minyak. Karena drum tersebut bocor, rakitnya tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Dengan cara mengikatkan tangan, paha, dan kaki pada rakit, Taroji berharap tidak akan tenggelam apabila pingsan ataupun di terjang gelombang. Selama 10 hari terombang-ambing dan selama itulah Taroji mengganjal perutnya dengan memakan pakainnya dan minum air hujan untuk menghilangkan dahaganya. Sampai pada akhirnya Taroji di tolong oleh kapal Filipina MV Premier dalam pelayarannya ke Sydney. Mereka melihat lambaian pakaian dalam Taroji karena pakaian lainnya telah habis di makan. Diakuinya, selain memelihara hidup, ia terus ingat dan berdoa kepada Tuhan. ia masih ingat pada hari ke enam seorang rekannya mengeluh tidak kuat lagi. Taroji berusaha mengingatkan rekannya agar selalu berdoa kepada Tuhan. Namun, tiba-tiba orang itu meloncat ke laut. Rupanya ia bunuh diri.
Demikianlah cara orang melakukan Survival untuk tetap bertahan hidup. Masih banyak cerita dan contoh lainnya tentang bagaimana manusia berusaha untuk dapat bertahan hidup dari lingkungan dan sekelilingnya yang kurang menguntungkan.
Dalam Blog ini akan di jelaskan teknik Survival yang lazim digunakan oleh penjelajah rimba, pemburu atau pencinta alam. Adanya pendaki gunung atau penempuh rimba yang mengalami kejadian tersesat, kelaparan, kecelakaan, dan lain-lain sebenarnya dapat di atasi, asalkan menguasai Teknik Survival.
Sekarang timbul pertanyaan kapan survival itu ada ? Jawaban yang pasti adalah sejak manusia ada. Pada prinsipnya, manusia purba atau nenek moyang kita selalu melakukan survival dari keadaan alam yang ganas, gangguan binatang, dan sebagainya. Hanya saja teknik atau cara survival terus berkembang. Kalau memerhatikan suku pedalaman atau penduduk desa, biasanya kita masih dapat menaksikan kepandaian dan keterampilan mereka dalam memanfaatkan alam yang di dasarkan petunjuk nenek moyangnya. Pengalaman-pengalaman ini di jadikan pembendaharaan dan pengetahuan yang cukup penting. Misalnya, Ditanah Pasundan, Penduduk sangat hal dedaunan yang bisa di manfaatkan sebagai bahan makanan yang dikenal dengan lalab. ini merupakan suatu ciri khas dan juga pengetahuan yang diturunkan dari nenek moyang, khususnya di tanah Pasundan. Pengetahuan tentang dedaunan ini kalau di pelajari akan menunjang pengetahuan survival.
Kemampuan survival juga dimanfaatkan oleh orang-orang yang biasa menempuh rimba, baik sebagai pemburu ataupun petualang. Pemburu dan petualang dari Inggris sangat dikenal pandai beradaptasi dengan alam yang buas. Mereka meniru dan mempelajari cara-cara atau teknik yang digunakan penduduk setempat dalam mempertahankan hidupnya. Survival juga mulai dirasakan ketika berkecamuknya Perang Dunia II karena survival berperan dalam berhasilnya suatu operasi militer. Pada saat itu, seorang tentara harus bertahan dari serangan musuh dan harus bertahan pula dari gangguan alam yang kadang-kadang lebih kejam dan ganas.
Beberapa penulisan tentang survival didasarkan atas catatan pengalaman di dalam rimba Afrika dan Asia Tenggara. Kemudian di kembangkan pula dari pusat penerangan daerah kutub, gurun pasir dan daerah tropis. Dari bahan-bahan itulah kemudian diterbitkan buku petunjuk standar survival militer. Dalam kenyataannya banyak bahan survival militer dijadikan bahan rujukan oleh nonmiliter. Namun, Banyak pula kemudian di tulis oleh perorangan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Umumnya di tulis dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.
Pendahuluan
Kemauan dan kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup dalam lingkungan sebenarnya merupakan naluri yang manusiawi. Hal ini sebagai penjelmaan dari daya pikir makhluk yang sempurna. Naluri seperti ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Kata
Survival, dalam arti leksikalnya, berarti
bertahan hidup. yang dimaksud
survival disini adalah kemampuan seseorang untuk bertahan hidup dalam keadaan yang kurang mengutungkan di sekelilingnya. Keadaan ini antara lain tersesat di hutan, pesawat jatuh di gunung, pilot pesawat yang terpaksa melakukan pendaratan darurat di laut (Ditching) dan kapal laut yang mengalami musibah di laut. Berikut ini ada beberapa cerita tentang orang-orang yang melakukan survival.
Ingebord Bredmayer, seorang ahli biologi Jerman, pada suatu perjalanannya di Gunung Villarica kira-kira 750 km arah selatan kota Santiago mengalami kesulitan karena tersesat. Akhirnya, ia dapat lepas dari kesulitan tersebut setelah betahan hidup selama 13 hari. Selama tersesat ia menerapkan keahliannya sebagai Biologi. Ia dapat menentukan jenis tanaman yang dapat dimakan serta memanfaatkan salju untuk mendapatkan air minum.
Pada abad ke-19, para peyelidik dan petualang melakukan perjalanan ke Australia Tengah untuk membayar rasa ingin tahu mereka dengan keberania dan keselamatan jiwa. Cendikiawan Jerman, Friedrich Wilhem Leichard, mati kehausan di padang belantara. Orang Irlandia, Edmund Kennedy di bunuh penduduk pribumi. Seseorang yang belajar dari pengalaman tersebut, berusaha mengatasi kesulitan air dengan persediaan yang cukup. Kemudian untuk mengatasi gangguan penduduk pribumi, Hatter ini mengatasinya dengan berjungkir balik. Dengan berjalan seperti ini malah penduduk pribumi yang melarikan diri.
Seorang Amerika dan tiga orang Selandia Baru merencanakan berpetualangan di samudra dengan menggunakan kapal Rose Noellec. Mereka bertolak dari Selandia Baru menuju Tonga dengan rencana perjalanan tiga minggu.
Setelah itu mereka di nyatakan hilang di Lautan Pasifik. Dalam pelayarannya mereka megalami musibah karena perahu layar yang di gunakan rusak sehingga mereka terombang ambing di lautan. Untuk mencari pertolongan telah di usahakan oleh seorang awak bernama Glenic, tetapi tidak berhasil. Pada akhirnya mereka terdampar di pulau Great Barrier setelah 132 hari terombang ambing di lautan (± 4 bulan lamanya). Selama itu mereka mendapatkan air dengan dengan menampung air hujan. Sebagai makanan mereka mereka memanfaatkan rumput laut untuk mengganjal perut. Satu hal lainnya yang diakui oleh mereka hingga dapat bertahan hidup, yaitu selalu menumbuhkan dan memelihara semangat hidup sampai hari nestapa serta ketakutan yang mencekam dalam dilewati.
Ini kisah dari tanah air, Seseorang yang bernama Taroji bertugas sebagai oiler pada kapal Galiga. Dalam perjalannya dari Sampit (Kalimantan Tengah) menuju Surabaya, kapal tersebut memuat kayu. Hari naas itu dimulai dengan datangnya badai yang menghajar kapal Galiga hingga pada akhirnya tenggelam. Dimulailah petualangan untuk mempertahankan hidup. Taroji membuat rakit dari drum minyak. Karena drum tersebut bocor, rakitnya tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Dengan cara mengikatkan tangan, paha, dan kaki pada rakit, Taroji berharap tidak akan tenggelam apabila pingsan ataupun di terjang gelombang. Selama 10 hari terombang-ambing dan selama itulah Taroji mengganjal perutnya dengan memakan pakainnya dan minum air hujan untuk menghilangkan dahaganya. Sampai pada akhirnya Taroji di tolong oleh kapal Filipina MV Premier dalam pelayarannya ke Sydney. Mereka melihat lambaian pakaian dalam Taroji karena pakaian lainnya telah habis di makan. Diakuinya, selain memelihara hidup, ia terus ingat dan berdoa kepada Tuhan. ia masih ingat pada hari ke enam seorang rekannya mengeluh tidak kuat lagi. Taroji berusaha mengingatkan rekannya agar selalu berdoa kepada Tuhan. Namun, tiba-tiba orang itu meloncat ke laut. Rupanya ia bunuh diri.
Demikianlah cara orang melakukan Survival untuk tetap bertahan hidup. Masih banyak cerita dan contoh lainnya tentang bagaimana manusia berusaha untuk dapat bertahan hidup dari lingkungan dan sekelilingnya yang kurang menguntungkan.
Dalam Blog ini akan di jelaskan teknik
Survival yang lazim digunakan oleh penjelajah rimba, pemburu atau pencinta alam. Adanya pendaki gunung atau penempuh rimba yang mengalami kejadian tersesat, kelaparan, kecelakaan, dan lain-lain sebenarnya dapat di atasi, asalkan menguasai Teknik
Survival.
Sekarang timbul pertanyaan kapan survival itu ada ? Jawaban yang pasti adalah sejak manusia ada. Pada prinsipnya, manusia purba atau nenek moyang kita selalu melakukan
survival dari keadaan alam yang ganas, gangguan binatang, dan sebagainya. Hanya saja teknik atau cara
survival terus berkembang. Kalau memerhatikan suku pedalaman atau penduduk desa, biasanya kita masih dapat menaksikan kepandaian dan keterampilan mereka dalam memanfaatkan alam yang di dasarkan petunjuk nenek moyangnya. Pengalaman-pengalaman ini di jadikan pembendaharaan dan pengetahuan yang cukup penting. Misalnya, Ditanah Pasundan, Penduduk sangat hal dedaunan yang bisa di manfaatkan sebagai bahan makanan yang dikenal dengan lalab. ini merupakan suatu ciri khas dan juga pengetahuan yang diturunkan dari nenek moyang, khususnya di tanah Pasundan. Pengetahuan tentang dedaunan ini kalau di pelajari akan menunjang pengetahuan
survival.
Kemampuan
survival juga dimanfaatkan oleh orang-orang yang biasa menempuh rimba, baik sebagai pemburu ataupun petualang. Pemburu dan petualang dari Inggris sangat dikenal pandai beradaptasi dengan alam yang buas. Mereka meniru dan mempelajari cara-cara atau teknik yang digunakan penduduk setempat dalam mempertahankan hidupnya. Survival juga mulai dirasakan ketika berkecamuknya Perang Dunia II karena
survival berperan dalam berhasilnya suatu operasi militer. Pada saat itu, seorang tentara harus bertahan dari serangan musuh dan harus bertahan pula dari gangguan alam yang kadang-kadang lebih kejam dan ganas.
Beberapa penulisan tentang
survival didasarkan atas catatan pengalaman di dalam rimba Afrika dan Asia Tenggara. Kemudian di kembangkan pula dari pusat penerangan daerah kutub, gurun pasir dan daerah tropis. Dari bahan-bahan itulah kemudian diterbitkan buku petunjuk standar
survival militer. Dalam kenyataannya banyak bahan
survival militer dijadikan bahan rujukan oleh nonmiliter. Namun, Banyak pula kemudian di tulis oleh perorangan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Umumnya di tulis dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.